Rabu, 16 Desember 2009

Asia pasific Economic Cooperation-APEC merupaka forum yang terbentuk dan perkembangannya dipengaruhi antara lain oleh kondisi politik dan ekonomi dunia saat itu yang berubah secara cepat di Uni Soviet dan Eropa Timur, kekhawatiran gagalnya perundingan Putaran Uruguay yang akan menimbulkan proteksionisme dengan munculnya kelompok regional serta timbulnya kecenderungan saling ketergantungan diantara negara-negara di kawasan Asia Pasifik. Forum yang dibentuk tahun 1989 di Canbera-Australia ini telah melaksanakan langkah besar dalam menggalang kerjasama ekonomi sehingga menjadi suatu forum konsultasi, dialog dan sebagai lembaga informal yang kerjasama ekonominya berpedoman melalui pendekatan liberalisasi bersama berdasarkan sukarela, melakukan inisiatif secara kolektif dan untuk mendukung keberhasilannya dilakukan konsultasi yang intensif terus menerus diantara 21 ekonomi anggota.

Pada awalnya terdapat 12 negara sebagai pendiri yaitu Australia, Brunei Darussalam, Kanada, Indonesia, Jepang, Republik Korea, Malaysia, Selandia Baru, Filipina, Singapura, Thailand, dan Amerika Serikat. Sejak saat itu telah menjadi wahana utama di kawasan Asia Pasifik dalam meningkatkan keterbukaan dan praktek kerjasama ekonomi sehingga dapat menarik masukan beberapa negara yaitu Republik Rakyat China, Hongkong-Cina dan Chinese-Taipe untuk bergabung pada 1991 yang kemudian disusul masuknya Meksiko dan Papua New Guinea tahun 1993 seerta Chili pada 1994. Sedangkan tiga ekonomi anggota terakhir yaitu Federasi Rusia, Peru dan Vietnam bergabung dalam forum APEC tahun 1998.

Dalam perkembangannya APEC memiliki peran cukup strategis dengan penduduk sekitar 2 milyar jjiwa atau lebih dari 40% populasi dunia dan mewakili 45% nilai perdagangan dunia (1996) – sebuah pasar potensial untuk perdagangan barang, jasa dan sumber daya manusia. Realisasi pertumbuhan GDP APEC tahun 2000 sebesar 4.1% berarti relatif sedikit lebih rendah dari pertumbuhan GDP dunia yang sebesar 4.7%, disamping itu APEC juga memiliki arti penting dalam rangka pembangunan nasional karena mewakili 69.1% pasar ekspor non-migas dan merupakan 63.3% sumber impor non-migas Indonesia masing-masing tahun 2000.

Serangkaian upaya penguatan infrastruktur forum kerjasama APEC terus diintensifkan kerjasamanya sehingga forum tersebut menjadi lebih kuat dan tangguh di kawasan. Forum ini sangat diharapkan tetap menjadi pelopor dalam pelaksanaan putaran uruguay untuk mencapai sistem perdagangan yang adil, terbuka dan transparan untuk mempertahankan serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi regional dan global. Mengingat pentingnya peranan APEC dalam rangka memberikan dukungan terhadap sistem perdagangan dimaksud dalam menunjang pertumbuhan ekonomi regional dan global di kawasan, maka Para Pemimpin Ekkonomi APEC telah mengesahkan sejumlah Deklarasi yang memuat kesepakatan-kesepakatan yang signifikan terhadap perkembangannya antara lain mengenai VISI APEC, Bogor Goals, Osaka Actions Agenda (OAA) – yang memberikan arahan atau pedoman kerjasama APEC, dan taahun 1996 meluncurkan fase implementasi daripada OAA dalam bentuk MAPA (Manila Action Plans For APEC). Sedangkan tindakan konkrit lain yaitu berupa implementasi Rencana Aksi Kolektif (RAK) maupun Rencan Individu (RAI) oleh seluruh anggotanya sehingga penjabaran secara keseluruhan terhadap langkah-langkah implementasi dalam melakukan liberalsme ekonominya merupakan cermin yang kuat dalam mewujudkan kearah sistem perdagangan dan investasi bebas dan terbuka tahun 2010/2020 untuk ekonomi maju dan berkembang APEC.

Implementasi kerjasam ekonomi dan teknik yang terkait dengan bidang perdagangan dan investasi, sesungguhnya baru berlangsung dalam 6 tahun terakhir sejak disahkannya MAPA, namun demikian dengan waktu yang singkat APEC berhasil mencatat berbagai kemajuan yang berarrti dalam rangka memperlancar arus barang, jasa, investasi dan mobilitasi para pelaku usaha dikawasan yang dapat dimanfaatkan oleh pemerintah, dunia usaha dan para pihak yang terkait untuk mengetahhui perkembangan berbagai kesepakatan terakhir kerjasama ekonomi khususnya dalam mengantisipasi perdaganan bebas APEC.

Rangkaian pertemuan Asia Pacific Economic Forum (APEC) 2009 akan diprioritaskan pada fasilitas investasi dan perdagangan.

“Prioritas ini berasal dari tiga tujuan APEC 2009 yang akan dicapai, yakni, pertama, mempercepat pertumbuhan ekonomi dan memperkuat ekonomi kawasan serta mengakomodir solusi krisis global,” ujar Dubes Singapura untuk Indonesia H.E Ashok Mirpuri dalam paparannya mengenai persiapan APEC 2009 di kompleks Gedung Deplu Pejambon, Jakarta, hari ini.

Tujuan kedua, dikatakan Ashok, APEC diharapkan dapat mempercepat REI (Regional Economic Integration). Ketiga, negara anggota APEC dapat membangun hubungan di tingkat kawasan yang lebih erat.

Selain itu, dikatakan Direktur Kerjasama Regional Depdag Iman Pambagyo, sesuai dengan sifat keanggotaan APEC yang sukarela dan tidak terikat, maka prioritas APEC lebih tepat pada fasilitas perdagangan dan investasi daripada liberalisasi perdagangan dan investasi.

“Prioritas kita harus bersifat dua arah, ke dalam yakni melaksanakan kesepakatan untuk kepentingan Indonesia sendiri. Ke luar, memainkan peran aktif untuk ikut menentukan hasil akhir kesepakatan maupun arah kerja sama APEC secara umum,” tutur Iman.

Menurut Iman, APEC harus dapat menunjukkan relevansinya bagi dunia usaha, khususnya di saat dunia mengalami krisis saat ini. Adapun menurut Ketua APEC Business Advisory Council (ABAC) Indonesia John Prasetio, keingintahuan kalangan bisnis meningkat tentang APEC dalam 2 tahun terakhir meningkat.

“Terutama setelah dikeluarkannya APEC Travel Card, semakin banyak kalangan usaha yang ingin tahu, ini kita sambut baik karena bagaimanapun mereka yang akan menjalaninya,” jelas John.